Layanan Mitra Konstruksi Berpengalaman
Di dalam proyek pembangunan, apapun itu bentuknya pasti akan diikuti dengan beragam jenis anggaran yang harus dikeluarkan. Biaya dan anggaran sendiri dinilai sebagai komponen penting dalam proyek tersebut, karena berkaitan dengan keberlangsungan kegiatan. Mitra konstruksi dan pihak penyelenggara hendaknya mengetahui segala jenisnya. Berikut adalah ulasan lengkapnya.
Biaya Tambahan Atau Overhead
Di dalam proyek pembangunan, biaya overhead diperkirakan hanya mencakup sebesar 15% dari total anggaran pembangunan. Meski demikian, biaya ini termasuk dalam unsur harga pokok produk. Hal tersebut tidak terlepas dari elemen biaya yang dianggap tidak bisa dikendalikan dan juga terbilang besar.
Bahkan, tidak jarang bahwa biaya overhead sendiri tidak bisa secara langsung dibebankan pada suatu hasil produksi proyek yang dijalankan. Lantas apakah biaya ini penting? Tentu saja biaya overhead tidak bisa ditinggal begitu saja. Pasalnya, kegunaannya sendiri secara langsung atau pun tidak akan berkaitan dengan proses pembangunan itu sendiri.
Jika dikatakan secara gamblang, sebenarnya biaya overhead sendiri berkaitan dengan kebutuhan pembayaran di luar kebutuhan pembangunan. Jika dirumuskan, maka anggaran ini lebih diutamakan untuk operasional non direct. Seperti biaya personil hingga izin usaha suatu mitra perusahaan pembangunan yang sedang dipekerjakan.
Karena itulah, tidak sedikit para pihak penyelenggara yang harus melek akan ketersediaan biaya pokok yang satu ini. Jika Anda tanya untuk apa fungsinya, sebenarnya kehadiran biaya overhead ini akan membantu melakukan rincian alokasi biaya. Mitra konstruksi pun dapat memberikan RAB yang lebih detail pada pihak pelaksana.
Bahkan, tidak jarang jika overhead menjadi acuan ketepatan pengajuan dana. Jika biaya overhead tetap tanpa terpengaruh kondisi produksi, maka perhitungan pun dinilai tepat. Tidak hanya itu, pengeluaran anggaran pun akan lebih termonitor. Pasalnya Anda dapat melakukan kesesuaian overhead dengan segala biaya yang telah dikucurkan.
Lantas apa saja yang mencakup biaya ini? Overhead dapat mencakup operasional lapangan, seperti biaya personil, fasilitas, peralatan, izin bangunan, transportasi, komunikasi, penerangan, dan lain lain. Ada pula operasional kantor yang mencakup kebutuhan sewa, gaji, referensi bank, fasilitas, izin usaha, dan lain sebagainya.
Biaya Langsung Pada Proyek Pembangunan
Jika overhead menjadi salah satu anggaran pokok, maka biaya langsung adalah anggaran untuk konstruksi itu sendiri. Disebut juga dengan direct cost, semua kebutuhan biaya yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan masuk pada anggaran ini. Sebagai biaya langsung, perkiraan dana pun dapat dengan mudah diprediksi.
Prediksi ini sendiri dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan akan harga satuan pekerjaan serta volume pekerjaan. Di dalam suatu proyek pembangunan, umumnya mitra konstruksi akan merincikan biaya ini dalam bentuk RAB atau rencana anggaran bangunan. Dimana segala informasi akan perkiraan biaya digunakan sebagai dasar keberlangsungan proyek.
Jika melihat RAB sebagai contohnya, tentunya Anda dapat membayangkan segala biaya yang akan dikeluarkan. Umumnya RAB sendiri dirumuskan dengan rate atau harga pasar di saat proyek berlangsung. Di dalam praktiknya, biaya langsung pun akan dibagi di dalam kelompok yang berbeda. Kelompok tersebut adalah:
1. Biaya Material Bangunan
Seperti namanya, anggaran yang satu ini difokuskan untuk segala kebutuhan material atau bahan bangunan. Dalam hal ini, rincian dana yang digunakan akan disesuaikan dengan harga saat waktu proyek dilakukan. Meski demikian, harga yang terlampir bisa saja berbeda seraya harga dari material sendiri dapat berubah dari waktu ke waktu.
Di dalam perhitungan biaya material sendiri, deretan anggaran dituliskan dengan analisis harga satuan. Baik itu untuk pembelian bahan dan material yang dibutuhkan. Untuk perhitungannya sendiri, kedua pihak juga diharap memahami beberapa faktor penentu. Seperti harga terbaik, loco atau franco, bahan sisa, hingga biaya untuk supplier.
2. Biaya Upah Buruh Bangunan
Kebutuhan anggaran yang satu ini pun tak luput dari total biaya. Umumnya, biaya upah buruh telah memiliki standar harga satuannya atau sesuai dengan mitra konstruksi itu sendiri. Meski demikian, pihak penyelenggara atau yang menyewa mitra hendaknya mempertimbangkan banyak hal dalam anggaran ini.
Seperti contohnya jenis biaya yang dibebankan, apakah biaya buruh harian atau borongan? Anda juga bisa pertimbangkan latar belakang buruh sebagai kriteria penarikan biaya. Kapasitas kerja, hingga pertimbangan undang undang buruh pun hendaknya menjadi pertimbangan. Karena kualitas pekerja akan dikaitkan dengan hasil akhir produk.
3. Biaya Peralatan Untuk Proyek Bangunan
Biaya yang satu ini pun menjadi perhitungan yang tidak kalah pentingnya. Terutama untuk proyek yang cukup besar, yang mana kehadiran peralatan berat dibutuhkan sebagai penunjang. Untuk itu, dana akan peralatan pelaksanaan konstruksi pun masuk di dalam total biaya akhir yang dibebankan.
Dana anggaran yang satu ini pun tidak semata mata tentang alat berat saja. Pasalnya, setiap alat tentunya akan membutuhkan operator tertentu. Karena itu, jenis biaya yang satu ini mencakup biaya operasi peralatan sewaan. Ada pula biaya keluar masuk gudang, ongkos buruh pengoperasi, mobilisasi barang, pemeliharaan, reparasi, hingga, depresiasi barang.
Biaya Tidak Langsung Atau Perkiraan
Indirect cost yang juga diartikan sebagai biaya tidak langsung menjadi anggaran yang wajib ada di dalam suatu proyek. Meski perhitungan biayanya sendiri ditujukan untuk kebutuhan tidak langsung, namun mitra konstruksi akan selalu memberikan perhitungan anggaran yang satu ini. Pasalnya biaya termasuk di dalam kebutuhan dana tidak terduga, overhead, dan profit.
1. Biaya Tidak Terduga
Seperti yang disebut di dalam namanya, dana yang satu ini memang dirancang untuk kebutuhan pengeluaran yang tidak terduga. Hal ini pun tidak bisa dihindarkan karena setiap proyeknya memiliki resiko nya sendiri. Seperti kejadian kejadian yang mungkin dan juga mungkin tidak terjadi, layaknya banjir yang merusak material atau kecelakaan pekerja.
Dalam perhitungannya sendiri, biaya yang satu ini bisa mencakup 0,5 sampai 5% dari total biaya proyek. Perhitungan tersebut tidak sedikit, mengingat cakupan dari kejadian tidak terduga pun sangat luas. Seperti akibat kesalahan dalam pengerjaan, ketidakpastian objektif, keraguan subjektif, hingga variasi efisiensi dari material, peralatan, hingga sumber daya.
2. Biaya Overhead
Biaya overhead yang telah dibahas ternyata masuk di dalam indirect cost. Dengan demikian, bisa dikatakan secara gamblang bahwa segala biaya tambahan yang berkaitan dengan proses keberlangsungan proyek pun masuk dalam klasifikasi ini. Tak heran, jika biaya yang dibebankan bisa mencapai 15% dari total kebutuhan proyek.
3. Biaya Profit
Biaya profit kerap diberikan oleh pihak mitra konstruksi sebagai cara meraup keuntungan. Tentunya biaya ini terlepas atau tidak sama dengan gaji. Pasalnya, pihak mitra konstruksi tentunya membutuhkan keuntungan sendiri untuk keberlangsungan perusahaan. Dengan begitu, tidak heran jika biaya ini mencakup keahlian, usaha, dan faktor risiko yang dimiliki mitra konstruksi profesional.
Itulah deretan informasi mengenai jenis biaya yang umumnya hadir pada setiap proyek. Perhitungan biaya yang akurat menjadi tanggung jawab dua belah pihak, mitra proyek dan penyelenggara. Pasalnya, informasi mengenai segala biaya akan berkaitan dengan biaya pokok, biaya langsung, dan tidak langsung yang akan berujung pada keberlangsungan proyek.